Awalnya, aku tak pernah mengira akan seperti ini kejadiaannya. Beberapa bulan yang lalu, saat sedang chatting tanpa sengaja aku berkenalan dengan seseorang di dunia maya. Ya, memang terkadang aku suka chatting untuk mengisi waktu luang. Tapi aku bukan termasuk tipe orang yang kecanduan chatting ataupun kecanduan internet yang sampai bisa menghabiskan waktu berjam – jam di depan komputer hanya untuk ber-internetan ria. Biasanya aku hanya menghabiskan waktu satu hingga dua jam untuk internetan, tapi kalau sedang ada tugas biasanya bisa lebih dari itu.
Libur semester pun segera berakhir, tak terasa sudah 2 bulan liburan dan kini saatnya untuk kembali ke rutinitasku yang membosankan. Diawali dengan bangun pagi dan bersiap berangkat kuliah agar tidak terlambat masuk kelas. Maklumlah kota Jakarta, bisa sampai kampus tepat waktu saja sudah sangat beruntung. Tetapi hari ini aku tidak beruntung, macet disana sini. Kampusku yang letaknya agak jauh dari rumah ini mengharuskanku bergelut di kemacetan kota Jakarta pada pagi hari, bersama ratusan atau bahkan ribuaan orang lain yang mempunyai berbagai kepentingan berbeda, mulai dari para pelajar yang ingin pegi ke sekolah, para karyawan yang hendak bekerja, para ibu – ibu rumah tangga yang ingin pergi ke pasar hingga para pengamen dan para penjaja asongan yang makin membuat jalanan kota Jakarta ini semakin macet.
Yah, begitulah rutinitas ku yang membosannkan berangkat dan pulang kuliah harus menghadapi macetnya ibukota. Sampai dirumah badan sudah terasa lelah, kalau sedang tidak ada tugas bisa sedikit bersantai – santai tapii kalau tugas sudah menumpuk bisa – bisa bergadang sampai pagi untuk mengerjakan tugas.
Ketika aku sedang duduk di taman kampus bersama teman – teman, aku seperti melihat seseorang yang pernah kulihat sebelumnya lewat. Aku hanya bisa bertanya – Tanya dalam hati siapakah orang yang baru saja lewat itu? Sepertinya aku pernah mengenalnya, pikirannku masih bertanya – tanya dalam hati. Tapi sudahlah mungkin aku salah. Aku dan yang lain segera meninggalkan taman karena masih ada jadwal kuliah pada hari itu.
Sesampainya dirumah, aku menyalakan komputer berniat untuk mengerjakan tugas tapi malah keasyikan membuka situs jejaring sosial facebook. Saat sedang membuka facebook tanpa sengaja aku melihat status salah seorang teman dunia maya-ku yang terpampang di bagian beranda. Aku membuka profile orang tersebut, setelah kuamati ternyata fotonya mirip seperti seseorang yang kulihat di kampus. Pantas saja tadi di kampus aku seperti pernah melihat orang itu, ternyata dia adalah salah satu teman facebook ku.
Sempat ku berfikir untuk mencoba menanyakan hal tersebut langsung kepadanya, namun gengsi pikirku dalam hati. Akhirnya, kuurungkan niatku untuk menanyakan hal itu kepadanya. Memang aku tidak begitu mengenalnya, sekedar teman di dunia maya. Pernah beberapa kali aku mengobrol dengannya lewat fasilitas chat di facebook, tetapi hanya saling menanyakan kabar masing – masing. Tak pernah ter-fikirkan olehku bahwa ternyata dia satu kampus denganku.
Beberapa hari kemudian, pada saat jam pelajaran terakhir, dengan malas aku menunggu dosen yang tak kunjung datang. Sudah hampir 30 menit kami menunggu akan tetapi dosen tak kunjung datang. Ketua mahasiswa pun berinisiatif untuk pergi keruang sekertariat dosen untuk mengecek kehadiran dosen tersebut. Ternyata dosen mata kuliah psikologi hari ini tidak dapat hadir dan digantikan oleh seorang asisten dosen. Ketua mahasiswa kembali ke kelas bersama asisten dosen tersebut. Didalam kelas aku hanya bisa terbengong – bengong melihat bahwa asisten dosen tersebut mirip dengan teman dunia mayaku yang juga pernah kulihat di taman kampus. Setelah kuperhatikan memang benar dia adalah novan teman dunia mayaku. Yang membuatku sedikit tak percaya ternyata dia adalah seorang asisten dosen di kampusku, padahal usianya tidak berbeda jauh denganku.
Dilihat dari gaya mengajarnya seperti sudah terbiasa dan tidak canggung lagi. Dia mengajar dengan santai, tetapi materi yang ia berikan dapat dimengerti oleh seluruh mahasiswa. Dari kesan pertama saat ia mengajar sepertinya ia orang yang ramah. Dengan sabar ia menjawab seluruh pertanyaan mahasiswa yang ditujukan padanya. Dua jam pun terasa begitu cepat, akhirnya dia mengakhiri pertemuan hari ini, biasanya terasa sangat lama.
Malam harinya aku mengecek apakah ada email masuk. Banyak email dari spam, dan juga beberapa email dari teman – teman di forum. Dari sekian banyak email yang masuk ternyata ada sebuah email dari alamat yang tidak ku kenal. Pada subyek email tersebut hanya ditulis hi, aku binggung karena tidak mengetahui siapa pemilik alamat email tersebut. Ku klik email tersebut dan membacanya, isi email tersebut menanyakan bahwa dia adalah novan teman dunia mayaku. Novan telah mengetahui bahwa aku merupakan salah satu mahasiswa universitas Bina Sakti, karena dia tadi menggantikan pak hidayat yang berhalangan untuk mengajar.
Aku berfikir sejenak apakah aku akan membalas email tersebut atau tidak. Beberapa saat kemudian ku klik tombol reply untuk membalas email tersebut tapi aku masih bingung mau menulis apa untuk membalas email dari novan itu. Kuputuskan untuk “bilang hai juga, tidak menyangka kita bisa bertemu ya. Aku tadi tidak mengira kalau yang tadi mengajar itu kamu, ternyata dunia itu memang sempit ya hehe….!”. Ku arahkan mouse pada tulisan send.
Perkenalanku dan novan semakin berlanjut, ya walaupun agak kaku di awal terasa canggung karena aku belum pernah mempunyai teman di dunia maya yang berlanjut menjadi teman di dunia nyata. Semenjak itu kami jadi semakin akrab, kami jadi lebih sering mengobrol lewat chatting maupun bertemu secara langsung. Kami pun semakin hari menjadi semakin akrab. Kami sering mengabiskan waktu berdua, novan juga sering membantuku untuk mengerjakan tugas – tugas kuliah, akupun sering member dia semangat saat dia sedang terlalu pusing memikrkan tentang kuliah S2 nya.
Pertemanan kami yang semakin akrab membuat, perasaan anehtiba - tiba muncul dihatiku. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal di hati. Setiap bertemu dengannya hatiku terasa berdegup kencang sekali, sampai hampir terasa seperti jantung ini ingin copot. Apakah in yang dinamakan jatuh cinta?? Tapi apakah novan juga merasakan apa yang kurasakan?. Aku berharap dia juga merasakan seperti apa yang aku rasakan.
Hari itu, 20 agustus tepat pada hari ulang tahunku novan memberiku kejutan yang tak kuduga sebelumnya. Tepat pukul 00.00 novan menelponku hanya untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun, pagi harinya ia datang kerumah dengan membawa kue black florest lengkap dengan lilin 20 diatasnya. Dia juga memberiku hadiah berupa boneka beruang berwarna pink yang sangat lucu. Aku benar – benar tidak menyangka kenapa novan sangat pehatian terhadapku padahal kami baru beberapa bulan saja berteman. Malam harinya novan mengajakku pergi, aku juga tidak tahu akan pergi kemana karena tak ingin mengecewakan novan akhirnya kuterima tawarannya itu.
Malam itu, tepat pukul 7 novan sudah menjemput. Selama perjalanan aku bertanya – tanyya dalam hati “ kemanakah novan akan membawaku malam ini?” aku sudah menanyakan hal ini padanya tetapi ia hanya senyam – senyum tanpa memberitahuku kemana tujuan kita. 30 menit kemudian kami sampai di sebuah restoran pinggir pantai dengan pemandangan yang indah serta interiornya yang sungguh romantis. Aku semakin bertanya – tanya didalam hati “ kenapa novan mngajakku ke tempat ini ya? Aku hanya bisa terdiam menyaksikan keindahan tempat ini.
Kami duduk di pojok ruangan yang mengarah ke lautan lepas. Aku sempat tidak menyadari kehadiran pelayan restoran sampai novan memanggil namaku dan menyuruh untuk memesan makanan. Aku masih bertanya – tanya didalam hati ada apakah sebenarnya ini?. Kami berdua tidk banyak bicara malam itu. Aneh, ini sama sekalii bukan sifat novan yang pendiam. Biasanya dia selalu banyak bicara, tapi kali ini dia diam seribu bahasa. Pesanan kami pun datang tapi dia masih saja dikam seperti itu. Aku jadi bingung dan serba salah dibuatnya. Akhirnya pada saat kami berdua selesai menyatap hidangan yang kami pesan tadi dia menembakku. Oh my god… dia menembakku, sungguh romatis. Dia ternyata sudah mempersiapkan segalanya, dia menyuruh pelayan membawakan 20 balon berwarna pink dan satu booklet yang isinya 20 tangkai bunga mawar pink. Benar – benar diluar dugaan ku. Aku nyaris tidak mempercayainya. Sejak saat itulah kami berdua resmi berpacaran.
Hubungan kami semakin hari semakin dekat saja. Kami jadi lebih sering menghabiskan waktu berdua. Dia juga semakin perhatian terhadapku. Hari – hariku jadi semakin berwarna dengan kehadirannya. Tak pernah ku menyesali hubungan ini. Novan memang bukan tipe orang yang romantis yang seperti kebanyakan cewek dambakan, tapi dia sangat perhatian dan sangat sabar mengahadapi sifatku yang masih kekanak – kanakan dan sedikit keras kepala ini. Itulah sebabnya aku memilihnya daripada kebanyakan cowok lain.
Sudah hampir 6 bulan kami bersama, hingga pada suatu hari aku tiba – tiba mersakan ada yang salah pada tubuhku. Aku sering tiba – tiba merasa pusing yang teramat sangat di kepalaku. Pernah beberapa kali aku jatuh pingsan. Awalnya kuabaikan apa yang kurasakan ini, namun akhir - akhir ini aku lebih sering merasakan sakit di kepalaku. Kuputuskan untuk pergi ke dokter, setelah menjalani beberapa pemeriksaan ternyata aku menderita kanker otak stadium akhir. Aku merahasiakan penyakitku ini pada semua orang bahkan pada npvan dan kedua orang tuaku. Aku tidak ingin menjadi beban bagi orang lain.
Dokter bilang umurku sudah tidak lama lagi, tapi itu semua hanya allah yang tahu. Aku tetap beraktivitas seperti biasa. Menjalani hari – hariku tanpa merasakan rasa sakit yang terus saja menyerang tanpa kenal waktu. Malam itu akau berencana untuk memutuskan hubunganku dengan novan dengan tujuan agar novan bisa melupakannku dan terlalu sedih saat kepergianku. Tetapi novan tidak mau meutuskan hubungan denganku, dia malah berfikir bahwa aku hanya mencari – cari alasan yang tidak masuk akal. Malam itu aku sudah merasa tidak kuat lagi, aku menulis sebuah surat untuk novan yang berisikan tentang alasanku ingin pisah dengannya.
Pagi harinya sakit kepala itu datang lagi. Kali ini sudah tidak dapat kutahan lagi. Rasanya seperti ada yang menindih kepalaku. Ternyata memang ini hari terakhirku berada di dunia ini. Aku tak pernah menyesalinya. Karena selama ini aku mampunyai keluarga dan teman – teman yang sangat menyayangiku. Terlebih ada novan yang membuat hidupku lebih berwarna.