Senin, 25 April 2011

Pengorbanan Sahabat

Saat itu, hati Dinda bedegup kencang perasaanya pun bercampur aduk antara senang dan juga sedikit gugup. Maklumlah, ini adalah kali pertama ia masuk sekolah yang lebih tinggi yaitu sekolah SMA. Dinda masuk sekolah yang lumayan banyak diminati di kotanya, ya  bisa dibilang termasuk sekolah favorit. Sudah lama ia menginginkan melanjutkan sekolah nya di SMA tersebut, oleh karena itu sewaktu masih duduk di bangku  SMP dia belajar dengan sungguh-sungguh agar masuk ke sekolah impiannya itu.
Dinda merupakan anak yang supel dan mudah bergaul, dia juga dikenal sebagai murid yang cerdas diantara teman-temannya. Tapi terkadang ia tertutup, dan sedikit keras kepala. Hari ini, Dinda tidak dapat tidur dengan pulas karena besok adalah hari pertama ia masuk SMA. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah, ia tidak mau kalau sampai terlambat tiba di sekolah apalagi hari ini diadakan Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolah barunya itu.
Pukul 06.30 ia telah siap dan segera bergeas berangkat ke seekolah barunya itu. Sesampainya di sekolah baru ia langsung pergi ke kelas yang telah di tentukan oleg panitian MOS sebelumnya. Ia bertemu dengan pipit teman satu SMP nya dulu, “ hey pit”, kata Dinda. “Hey Din” seru pipit. “lo dapet kelas berapa pi?” balas Dinda. “gw kelas 10 A din, lo? Seru pipit. “Oh gw 10 B pit, sory ya gw duluan takut telat nih!! Dahhh…” Dinda pun segera berlari setelah membalah pertanyaan pipit.
Di kelas ternyata sudah mulai ramai oleh anak-anak baru yang nantinya akan menjadi teman sekelas Dinda.  Dinda masuk dengan perasaan deg-degan karena ternyata tidak ada satu orang pun di dalam ruang kelas itu yang ia kenal. Dinda sengaja memilih tempat duduk paliing depen di depan meja guru. Awalnya Dinda agak ragu untuk mengajak berkenalan terlebih dahulu, tetapi ia memberanikan diri untuk menghampiri seorang perempuan yang sedang duduk di pojok kelas dan mengajaknya berkenalan. Ternyata perempuan yang di pojok kelas itu  bernama Sofie, dari perkenalannya yang singkat itu ia sudah bias menebak bahwa Sofie adalah anak yang cukup baik. Ia dan sofie terbawa suasana mengobrol hingga asyiknya tak sadar bahwa sudah ada seorang perempuan berjilbab yang menghampiri mereka. Kinah, ternyata addalah teman satu SMP sofie yang dulu, mereka berdua juga tidak menyangka akan satu SMA bahkan sampai satu kelas. Akhirnya, Sofie memperkenalkan Kinah kepada Dinda dan mereka bertiga pun asyik menggobrol hingga ada pengumuman bahwa ada seluruh peserta MOS harus turun ke lapangan.
Sesampainya di lapangan Dinda, Sofie, dan Kinah berbaris sesuai dengan perintah kakak-kakak panitia MOS. Saat itu Dinda melihat seorang perempuan yang lari terburu-buru karena terlambat. Perempuan itu segera melapor kepada panitia MOS, tetapi karena perempuan itu terlambat ia disuruh menyanyi di depan seluruh peserta dan panitia MOS.
Agenda MOS hari itu sangat padat, mulai dari acara pengenalan lingkungan sekolah, pelajaran tata tertib sekolah, pelajaran baris-berbaris sampai beberapa games yang dibuat oleh panitia. Dinda sangat lelah hari itu, setelah MOS hari itu berakhir ia baru mengetahui bahwa perempuan yang dating terlambat tadi adalah teman sekelasnya yang bernama Billa. Billa datang terlambat karena ia harus mempersiapkan peralatan MOS yang belum lengakap. Maklumlah peralatan yang harus dibawa pada saat MOS memang sangat banyak dan juga menmbingungkan. Dari nama-nama makanan yang aneh-aneh sampai perlengkapan yang harus dipakai juga aneh. Untung saja Dinda kemarin dibantu oleh mamanya mempersiapkan keperluan MOS hari ini jadi ia tidak terlalu repot.
Setelah MOS hari itu selesai ia pulang kerumah, pak Udin ternyata sudah menunggu di depan gerbang dengan sabar. Sesampainya di rumah Dinda langsung disambut hangat oleh mama tercinta, Dinda adalah anak tunggal jadi ia dinmanja sekali oleh kedua orang tuanya.  Mama pun menanyakan apa saja kegiatannya hari itu. Dinda menceritakan mulai ia pertama datang bertemu  dengan teman SMP nya dahulu, berkenalan dengan teman sekelas yang baru sampai apa saja agenda MOS hari itu. Mama pun ddengan  sabar mendengar ocehan putrinya itu.
Tiga hari kemudian diadakan penutupan MOS, semua panitia meminta maaf atas kesalahan yang terjadi selama MOS berlangsung. Dan akhirnya Dinda pun secara resmi menjadi  murid SMA.
Hari-hari berlalu Dinda, Sofie, Kinah dan Billa semakin akrab dan kompak. Walaupun baru beberapa hari saja mereka kenal tetapi mereka merasa sudah seperti sudah sangat lama saling mengenal satu sama lain. Mereka sering berbagi cerita, belajar bersama dan lainya. Persahabatan mereka pun berlanjut hingga kelas tiga SMA.
Pada suatu hari sepulang sekolah mereka berbincang-bincang Kinah akhirnya mengakui bahwa ia menyukai Maizer, padahal kinnah lah yang mencomblangi antara Maizer dengan Dinda. Saat itu juga hati Dinda sangat sakit seperti ditusuk oleh pisau, tetapi Dinda tidak inngin persahabatan yang telah mereka jalin selama tiga tahun hancur begitu saja, dinda juga tidak mau menyakiti hati sahabatnya Kinah. Dinda akhirnya berbohong bahwa selama ini, dia tidak benar-benar menyukai Maizer hanya sekedar untuk main-main saja. Akan tetapi, hati dinda begitu hancur ia menahan tangis demi sahabatnya. Agar sahabatnya tidak sakit hati. Dengan alasan sedikit pusing Dinda berpamitan kepada teman-temannya dan bergegas pulang.
Di rumah, Dinda langsung berlari ke kamarnya di lantai dua tanpa menghiraukan teguran dari mamanya. Ia mngunci pintu kamarnya, dan menangis haru. Ia merelakan orang yang ia sukai untuk sahabatnya. Malam harinya, Sofie menelpon sepertinya Sofie tahu kalau tadi siang Dinda berbohong akan perasaanya sendiri kepada Kinah. Awalnya Dinda tidak ingin menceritakan yang sebenarnya kepada Sofie tapi karena Sofie terus saja memaksa Dinda pun menceritakan kejadian yang sebenarnya dengan syarat Sofie harus merahasiakan kejadian ini kepada kedua sahabatnya yang lain.
Beberapa minggu kemudian, Kinah dan Maizer jadian. Kinah belum mngetahui apa yang sebenarnya terjadi. Semua berjalan seperti biasa, Dinda sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Hingga pada suatu hari, Dinda meninggal dunia karena penyakit kangker otak yang diidapnya. Sofie pun menceritakan semuanya kepada Kinah. Kinah sangat menyesal, akhirnya Kinah memutuskan Maizer demi persahabatannya dengan Dinda.  

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates